Dear my first love
Salam rindu untukmu yang tak pernah lagi hadir disisiku.
Yang terpisah oleh dua alam yang tak bisa di tembus dengan mata biasa. Aku yang
sekarang tak lagi bisa merasakan perhatianmu, menikmati indah senyummu, celotehan
nakalmu. Ya semua pernah ku lalui bersamamu, yang ku rindukan. Aku sekarang
seperti karang yang setiap hari terhempas ombak, harus kuat, meski batinku
menangis karena memang aku merindukanmu. Dan ingatkah kamu? Aku selalu
mengingat dan mengingat setiap peristiwa yang pernah ku lalui bersamamu.
Ingatkah dirimu dengan perkenalan kita? Kamu lupa? Sekarang
akan aku ceritakan kembali. Pertama kali, hari senin tanggal 28 Juli 2008,
sahabatku, Jupe dan Pasca yang notabene adalah teman satu SMP dan teman satu
kelasmu, mereka mengenalkan ku dengan sosok yang belum pernah aku temui. Dia
adalah kamu, Kemal. Posisi pada saat itu aku duduk dikelas delapan dan kamu
duduk dikelas tujuh dan tentunya beda sekolah. Semenjak hari itu, kita sering
sekali sms-an, chating dan belajar bareng lewat webcam. Aku merasakan kenyaman
ketika cerita denganmu. Cerita tentang pelajaran dan semua dunia anak SMP.
Tapi, kebersamaanku denganmu ternyata membuat seorang
sahabatku cemburu. Aku bingung. Aku juga marah dengan mereka yang mulai
menjauhiku. Mereka mengenalkanmu kepada ku dan mereka cemburu begitu saja. Aku
berusaha menyimpan marahku dilaci. belum sampai satu
bukan gelisahku menyebar. mengisi gorong-gorong hati yang mualai terisi. Entah apa yang aku rasakan dan seperti apa
yang kurasakan. Cemburu, sikap yang tak wajar menghampiri diriku yang mulai
menaruh hati padamu. Ya, asal kau tahu. Sekarang hatiku telah terkontaminasi
oleh perhatian-perhatianmu. Sikapmu yang ramah, selalu mencari kabarku. Hingga
pada suatu sore, handphone ku mati, kau menelpon kakaku yang dirumah. Dan
mungkin aku salah menafsirkan perhatian-perhatianmu yang kamu berikan untukku.
Tanggal 17 September 2008, itu
adalah ulang tahunmu. Aku mengirimkan kartu ulang tahun untukmu lewat email.
Jarak diantara kita yang sebenarnya tak begitu jauh, jika ditempuh dengan
sepeda motor hanya membutuhkan waktu sepuluh menit. Aku sempat membungkus kado
untukmu saat itu. Dan ingin ku titipkan pada Jupe, tapi tak jadi. Karena ada
alasan kuat yang membuatku membatalkan niat itu. Dan jujur Mal, aku sedikit
menyesal tak memberikan kado itu untukmu. Terlambat aku menyesali hal itu.
Bulan keempat, November. I feel
getting close to you. Hari-hari kian berwarna, seperti pelangi yang memiliki
tujuh warna dan aku memiliki seribu warna denganmu. semalaman ini, semalaman
kemarin, semalaman yang lalu-lalu, pun semalaman akhir tahun nanti rasanya cuma
dan bakalan keisi tentang kamu. Aku benar ada rasa untukmu. Sungguh, hati ini
ingin jujur padamu. Tapi, aku merasa ada tembok besar. Sahabatku, Pasca. Dia
menyayangimu juga. Aku tahu, dan aku juga sadar diri. Aku mengenalmu dar dia.
Dan aku tak pantas untuk rebut dengannya demi merebut hatimu. Aku rasa memang
ini cinta monyet. Cinta anak SMP, cinta anak ingusan dan cinta yang abstrak.
Itu perkataan-perkataan yang keluar dari mulutku yang hanya sebagai pelipur
saja, Mal.
Awal Desember, aku ingin sekali
jujur denganmu Mal. Tentang perasaanku yang menafsirkan perhatian-perhatianmu. Aku
tak lagi takut jika sahabatku marah padaku. Tapi entah mimpi apa semalam. Sepagi
buta aku mendapat sms darimu, kamu masih ingat? Harusnya, kamu ingat. Sms yang
bunyinya “I miss you”. Sepatah
kata yang membuat hatiku berdebar-debar dan pipi yang mulai berwarna merah,
merah merona. Oh God. Aku terkejut, aku tak
menyangka. Kamu mempunyai perasaan yang sama denganku. Dan aku pun membalas sms
mu begitu lama, satu jam kira-kira. Dan akhir tahunku yang indah kurasakan
bersamamu. Hidup terasa lebih berwarna, dan jarak yang membuat kita saling
mengerti. This is a wonderful gift I ever got. And you’re the best one I have ever seen….
Alfuady
Nuhaya
Nominator 75 Surat Akhir Tahun Yang Mengesankan.
Tidak ada komentar
Posting Komentar