Hai readers!
I'm forget to tell about last week.
Gini, tanggal 20 Mei kemarin aku mengikuti seminar kepenulisan di kampusku. Acara ini diselenggarakan oleh LPM Obsesi STAIN Purwokerto. Did you know? Ofcourse you know about it. Penganugerahan Lomba Cipta Cerpen dan Esai Tingkat Nasional ini dihadiri oleh mahasiswa-mahasiswa dari kampus lain, yang tentunya masuk ke dalam nominator pemenang lomba.
Setelah pengumuman siapa-siapa saja yang juara, kni tinggal acara seminar yang dengan Hanum Salsabiela Rais juga Aguk Irawan MN sebagai pemateri. Yaps, benar banget. Mereka adalah penulis-penulis novel best seller. Keren.
Salah satu novel yang paling terkenal untuk sekarang dari mba Hanum adalah 99 Cahaya Di Langit Eropa dan novel Penakhluk Badai oleh Aguk Irawan MN.
Aku pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Saat dibuka sesi pertanyaan aku maju dan yaps dapat buku, but bukunya akan dikirim nanti pada tanggal 9 Juni.. oh meeen, lama banget yaaa :3
*selesai*
Nah 2 hari setelah itu, mas Irfani Fathunnaja mengajakku untuk siaran, katanya aku mau dikenalkan dengan temannya yang hebaaat.
*dua jam-an mas Irfan nunggu di Lab. Radio dengan temannya*
Sekitar jam 12 aku keluar kelas, langsung buru-buru pergi ke Lab. Radio dan ternyataa, dia adalah pemenang lomba cerpen kemarin juara tiga. Fahrul Khakim. Wow.
Aku berkenalan lagi, karena memang perkenalan kami hanya lewat media sosial hehe.
Kami bertiga ngobrolin banyak hal. Aku dapat ilmu baru dari mereka. Yaps kami akrab, aku seperti punya kakak baru lagi. Alhamdulillah. Tak terduga, aku dan mas Irfan malah curhat sama mas Fahrul tentang kehidupan kami di kampus. Pokoknya, tak terlupakan deh. meski hanya satu jam kurang.
Semoga kita bermanfaat bagi orang lain dan diri sendiri ^^
Lonceng Pagi
Sayup-sayup adzan membangunkanku
Ah.. sudah fajar rupanya
Berat badan ini kuangkat
Berat mata ini kubuka
Berat..berat..berat dan berat!
Tak tahu aku kena setan mana
Tak tahu aku kena iblis mana
Tak tahu kenapa?
Aku malas
Kucoba bangkit
Setan menciumku mesra
Kucoba buka mata
Setan mengusapku penuh mesra
"Ah, buat apa? Kan masih pagi" Rayunya
Aku berkedip bingung
sembari mata berkunang-kunang
setan merayu lagi
"Jangan bangun, jangan!"
Mulut membentak hatiku
bodoh: terpedraya oleh setan
ingat surat al ashr
Begeming, mengingat perlahan
isi surat al ashr
Setan merayu lagi
"Jangan bodoh, subuh masih lama
lihat baru saja jam setengah lima
setengah enam kan masih pagi
Uh berisik
tidur sajalah
tak subuhan sekali
Tuhan maha pengampun"
Setan-setan tua di kanan kiriku
merantai bisik-bisik mesra
aku: terlelap
dalam nyanyian rayunya
sejenak terbangun
Mereka bersua, merayuku lagi
"ayo lanjutkan mimpimu tadi"
Mereka berbisik, memanjaku
melelapkan
Aku terbuai
Bayang-bayang malaikat mendekapku
La! La! La!
Dirikan shalatmu wahai anak adam
tinggalkan setan: terkutuk
Malaikat dan setan kian bersuara lantang
aku terbangun
Malaikat bersoal padaku
"sudah jam berapa sekarang?"
Sudah jam enam, jawabku
Hilang sudah waktuku bersama Tuhan
di subuhku
Aku termakan rayuan mesramu :setan
21:42, 24 Mei 2014
Puisi ini hanya untuk mengingatkan bahwa jangan sampai meninggalkan
kewajiban kita sebagai hamba Allah :')
Mari saling mengingatkan.
FILSAFAT DAKWAH
Aku sudah
hampir satu tahun duduk di bangku perkuliahan ini. Yang artinya aku sudah mulai
mencintai kampusku. Meski dulu, tak pernah sedikitpun terbesit jika aku akan
masuk di kampus hijau ini. Dulu, aku sempat mempunyai keinginan untuk bekerja
terlebih dahulu karena aku juga berasal dari SMK. Tapi Ayah dan Ibuku tak
mendukungku. Mereka lebih mendukung jika aku kuliah di kampus hijau ini. Ya,
alasan mereka cukup logis. Karena dua kakak perempuanku juga kuliah di kampus
hijau ini. Aku menurut saja. Akhirnya aku daftar disini dan diterima di Jurusan
Dakwah dan Komunikasi dengan Progam Studi Komunikasi Penyiaran Islam. “Loh,
kamu dari Akuntansi kok malah ngambil Komunikasi si?” pertanyaan yang
selalu mampir di telingaku yang membuatku bosan. Akuntansi ke Komunikasi, Why
not? It’s the best for me from my God.
Semester satu sudah kulewati
dengan berbagai macam peristiwa yang tak terlupakan. Semua terangkum dalam
catatan harianku berwarna merah jambu. Dari teman-teman baruku yang aku kenal,
hingga nama-nama dosen yang masih asing di pendengaranku. Semua sudah terlewat,
dengan hasil akhir UASku yang Alhamdulillah tak sia-sia belajarku selama satu
semester lalu. Kini, semester dua sudah berjalan. Beberapa mata kuliah baru aku
dapatkan. Berbagai macam pelajaran hidup juga aku dapatkan disini. Ilmu kalam,
Logika, Ushul Fiqih, Filsafat Dakwah dan lain-lain.
Kesan pertama masuk kelas
Filsafat dakwah aku tertarik. Karena, dosennya itu ramah. Kalau dosennya ramah
pasti pembelajarannya mengasikkan. Ya tentu, aku paling tidak suka jika ada
seorang dosen yang hanya menerangkan dan menerangkan materi tanpa memberi
kesempatan kepada mahasiwanya untuk berbicara atau bertanya. Alhamdulillah,
dalam mata kuliah filsafat memberi ruang untuk mahasiswa bertanya.
Mata kuliah filsafat dakwah
itu enjoy-enjoy saja. Akunya saja yang kurang percaya diri. Hingga
beberapa pertanyaan yang seharusnya ingin kutanyakan tak jadi kutanya pada
dosenku. Dan adanya tugas pembuatan blog ini yang dimana dosenku berkata
“silahkan menyampaikan unek-unek tentang pembelajaran Filsafat Dakwah” aku
disini ingin menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang sempat tertunda gara-gara
ketidakpedeanku.
-Bagaimana pandangan Bapak Abdul Basit tentang pendakwah-pendakwah
yang tersandung kasus pelik seperti pencucian uang dan penipuan?
-Apa saja kriteria-kriteria untuk menjadi seorang pendakwah menurut
Bapak?
-Sekarang kan zaman sudah modern, teknologi seperti internet bisa
kapan saja kit akses, apa saja kita juga bisa akses lantas apa pendapat Bapak
tentang dakwah di media online? Apakah itu bagus? Dan mengapa?
Terimakasih banyak untuk ilmu
yang telah Bapak berikan kepada kami. Serta wadah untuk menyampaikan unek-unek
seperti ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Amiin ya Robbal’alamin.
Makna dibalik Daun Usang
Begini,
di suatu pagi, seorang dosen FIlsafat di kampusku bertanya “Mengapa daun-daun
yang menguning itu jatuh berguguran dari rantingnya?”
Tak
ada jawaban yang didapat olehnya dari seluruh mahasiswa waktu itu. aku hanya
bergumam kecil dalam hati, “ya kan itu daun udah gak layak buat proses
fotosintesis”.
Hening,
dosenku mulai memecahkan keheningan yang terjadi beberapa menit terakhir.
“Kalian, coba amati dari kelas ini. Mengapa daun tersebut berguguran?”
Karena
waktu perkuliahan selesai, pak dosen meninggalkan kelas dan meninggalkan
pertanyaan sepele namun banyak yang belum bisa menjawab.
Langganan:
Postingan (Atom)