Assalamualaikum... Apa kabar?
Semoga kalian selalu dalam bahagia dan selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa.
Buku, bagiku adalah benda yang paling berharga. Aku begitu menyayangi buku-buku yang kumiliki. Buku selalu memberikan kejutan-kejutan ketika aku membacanya. Aku suka baca. Aku suka mengkoleksi buku-buku. Apa pun jenisnya, yang penting ada manfaatnya. Aku juga bercita-cita membuat rumah baca. Doa kan aku yaa?
Okay, lemme tell you about one novel which is written by Nucke Rahma.
''Novel Cinta di Tanah Haraam" adalah novel perdana bagi Nucke Rahma. Pertama kali mengetahui novel ini dari sebuah jejaring sosial- twitter. Waktu itu ada kuis tetapi aku telat jadinya gak menang deh (berharap kali ini bakal menang). Dari judul dan covernya sudah mengundang rasa penasaran lebih dalam. Browsing tentnag novel ini, hasilnya banyak sekali. Ternyata ini adalah novel bergenre religi. Covernya menarik, ada bunga mawar dan kupu-kupu di atasnyayang hidup di padang pasir. Bagaimana ceritanya? Ah! Menarik. Aku bahkan ingin sekali membelinya. Sekarang!
Setelah kubaca sinopsisnya, ternyata ini berkisah tentang seorang wanita yang nyaris sempurna- Khumairah- dan memiliki cinta suci yang ia berikan kepada suami tercintanya- Zidan. Tetapi cintanya dibalas dengan pengkhianatan. Aku semakin penasaran dengan setiap lapis (baca: cerita) yang disuguhkan oleh mbak Nucke.
''Menjadi seorang wanita yang sempurna adalah dambaan setiap wanita. Di mana pun. Tapi menjadi sempurna tidak menjamin sebuah kebahagian. Seperti Khumairah, wanita ini telah menjatuhkan hatinya kepada Zidan. Akan tetapi hanya pengkhianatan yang ia dapatkan dari Zidan"
Yang aku lakukan seandainya aku menjadi Khumairah yang telah dikhianati oleh orang yang aku cintai- suamiku- adalah meminta maaf padanya. Mungkin sebab ia berkhianat padaku karena kekurang-kekurangan yang ada pada diriku. Di luar itu, aku sebagai wanita tentu kecewa, marah dan terluka. Manusiawi bukan?
Bahkan pengkhiatan bagiku adalah hal terbesar yang sangat menyakitkan. Luka ini terlalu dalam, hingga aku mungkin akan sulit menyembuhkannya. Tapi aku juga tak ingin berlarut-larut tenggelam dalam luka ini.
Aku juga tak akan meminta cerai pada Zidan meski pun ada seorang lelaki datang menawarkan hati dan menawarkan kebahagiaan untukku- Gibran. Karena yang kutahu sebuah perceraian itu sangat dibenci oleh Allah Swt. Aku akan membicarakan ini dengan Zidan. Jika ia memilih tetap bersamaku, aku akan menerimanya. Dan membangun satu cinta untuk selamanya. Tetapi jika ia lebih memilih wanita lain dan menceraikanku, aku pasrah. Jika itu terjadi, aku percaya Tuhan selalu mempunyai rencana yang indah untukku.
Jika ada mesin waktu, aku ingin kejadian ini tak pernah terjadi di hidupku. Tapi, itu rasa-rasanya tak mungkin. Ia sudah tak mengindahkan cinta kami.
Aku juga tak memilih untuk mendendam. Aku memilih untuk memaafkannya meski ia tak meminta maaf dariku. Bagiku memaafkan adalah perbuatan yang mulia ketika aku mampu bersabar terhadap cobaan yang ditimpakan padaku, sekali pun aku bisa membalasnya. Memaafkan juga akan membuatku mulia di sisi Allah Swt. Sedangkan mendendam tak pernah akan menyelesaikan masalah, justru akan memperkeruh hati dan membuat hidupku tak tenang. Aku akan berusaha tegar, menerima takdir Tuhan dengan sebuah senyuman.
Adanya kejadian ini, aku semakin membuka hati, bahwa cinta paling abadi adalah cinta kepada Tuhan.
Itu adalah secarik tulisan seandainya aku menjadi Khumairah..
Semoga novel Cinta di Tanah Haraam banyak memberi inspirasi kepada kita semua :)
Tidak ada komentar
Posting Komentar