Seperti selasa-selasa yang telah lalu, memang menyenangkan jika hari selasa. Sebenarnya yang menyenangkan dari kuliah ini adalah pertama kuliah ini adalah kuliah praktik, jadi kuliah berlangsung di laboratorium komputer, selain kuliah bisa browsing juga haha. kedua, dosennya. dosen yang mengampu mata kuliah design grafis itu menyenangkan, easy going, friendly. ya meskipun sering tanpa terduga ngasih kuis dadakan. Namanya pak Warto. Jelas ilmunya sudah lebih mumpuni di bidang design grafis.
hari ini kami mempelajari creating your fonts. ulala, mari kita buat. untuk yang lainnya akan kuceritakan nanti yaaaa....
Membaca adalah Kebutuhan.
Minggu, 25 Oktober 2015
- Post a Comment
Cerita ini sebenarnya sudah terlalu lama
jika untuk diceritkan. Tapi jika tidak kuceritakan, rasanya blogku tidak ada
yang baru. Siapa tahu, cerita ini menginspirasi kamu. Iya special buat kamu
yang sedang blog walking di blogku
ini.
Waktu itu, hari senin, jam tiga aku menemui
narasumberku untuk melakukan wawancara seperti yang telah kami sepakati
bersama. Kami bertemu di perpustakaan kampus.
Namanya, Aris Nurahman. Biasanya disapa
dengan pak Aris. Beliau begitu friendly
and easy going, menurutku. Dari cara beliau memperlakukan orang yang baru
dikenalnya, sepertiku ini. Sebenarnya, aku merupakan jurnalis kampus yang
kurang lebih satu tahunan bergabung di bulletin Suara IAIN Purwokerto. Edisi kali
ini, aku harus mewawancarai pak Aris yang notabene baru diangkat menjadi kepala
perpustakaan sekitar bulan Mei yang lalu.
Semangat Pagi, Kamu.
Rabu, 21 Oktober 2015
- Post a Comment
Hallo, selamat pagi buat kamu yang lagi gowes ke sekolah, yang lagi jalan kaki ke kampus, yang lagi berkendara buat kuliah dan kerja dan buat kamu spesial yang lagi baca tulisanku.
Semangat buat kamu ya.
Aduh kangen banget nyapa kamu. Udah lama banget gak mengudara di radio. Hampir lupa cara ngomong di depan mikrofon. Hihi
Hari ini tepatnya pagi ini kuliah Public relations. Yuk ah udah masuk. Kuliah dulu yaaa ☺😊😀😁😄
Hanat Futuh on Sastra Harian Cakrawala Makasar
Pengantar:
Alhamdulillah, tujuh puisi saya dimuat di Sastra Harian Cakrawala Makassar. Puisi-puisi tersebut merupakan hasil dari persemedian sewaktu bulan puasa. Waktu Ramadhan, ada seseorang yang dengan ikhlas membantu dan mengajari saya untuk terus menulis. Big Teacher Asqa, terimakasih sudah mau menjadi guru puisiku dengan ikhlas. Dan semoga saya tetap jatuh cinta dengan menulis puisi. Semoga kalian yang membaca sudi memberi kritik dan saran. Terimakasih saya ucapkan.
Kupu-kupu
aku adalah luka yang
menari di atas bunga-bunga kenangan
merupa kupu-kupu yang menghisap madu cemburu di setengah siang
hingga senja tiba, aku masih hinggap dan terluka di bibir daun sengsara
2015
Pertengkaran
jalanan malam yang biasa kita lewati kini angker
sebab mulutku mulutmu tak lagi menyanyi rindu
dan jarak semakin membentang
Kita bergandeng amarah, bergandeng resah
sampai tiba pagi basah, kita tak mau saling kalah maupun mengalah
2015
Di Bangku Taman Kota
Tuhan mendekatkan jarak di bangku taman kota yang usang
penuh daun berserakan
sedang pohonnya telah mati
Langit senja bisu menatap
tanpa ba bi bu kau dan aku saling bercumbu
melepas birahi rindu
dengan napas yang makin menggebu
Malam kian bertandang, purnama datang
kau menghilang tanpa jejak kaki yang bisa kutangkap
dengan mata hati
Sampai tiba subuh, aku menjadi setengah gila
teluka karenamu.
2015
Mengganti Lilin
hujan malam hari
bibir-bibir melumat sepi, sunyi jadi
kunyalakan lilin
masih hujan
dibawanya jagung rebusan air mata kerinduan
rasanya manis seperti madu
masih malam
dan wajahmu menjelma purnama
mengganti lilin yang rela membakar batang tubuhnya
sampai habis
2015
Setengah Rinduku di Sampanmu
malam ini
embun mataku jadi hujan
sebab aku sedang rindu pada riak-riak ombak juga dirimu
angin malam dari timur menyebut-nyebut namamu
buatku jadi resah, hilang arah
lalu sampanmu dari barat datang membawa
setengah rinduku ke tengah lautan luka yang papa
2015
Aku Datang Sayang
aku datang sayang
menepati janjiku yang telah lalu
penuh derita dan air mata
kini aku datang sayang
menyuntingmu jadi bunga idaman
melunasi tiap-tiap kta yang tak sempat jadi puisi
kini aku datang sayang
Sudah kurampungkan seribu puisi untuk
menyatukan jantungku di dadamu
dan menyatukan jantungmu di dadaku
mengaliri tubuhku dengan darahmu
mengaliri tubuhmu dengan darahku
kini aku datang sayang
kita akan mekar bersama tiap saat
serupa mawar yang mewangi di sepanjang hari
Kepadamu
yang
;Laki-laki di tengah Pantai
kepadamu yang kurindukan
aku sedang memotong jarak di antara kita
agar lekas jumpa denganmu, sayang…
kepadamu yang kusayang
di antara angin pesisir yang berpuisi
aku menghitung, sudah berapa kali detak jantungku berirama
menunggumu di bibir pantai ini?
hingga waktu jadi malam
kulihat para nelayan pulang membawa sampan
dan kepulanganmu masih belum tercium
sampai bintang bertaburan menemani mataku yang mulai hujan
2015
Alhamdulillah, tujuh puisi saya dimuat di Sastra Harian Cakrawala Makassar. Puisi-puisi tersebut merupakan hasil dari persemedian sewaktu bulan puasa. Waktu Ramadhan, ada seseorang yang dengan ikhlas membantu dan mengajari saya untuk terus menulis. Big Teacher Asqa, terimakasih sudah mau menjadi guru puisiku dengan ikhlas. Dan semoga saya tetap jatuh cinta dengan menulis puisi. Semoga kalian yang membaca sudi memberi kritik dan saran. Terimakasih saya ucapkan.
Kupu-kupu
aku adalah luka yang
menari di atas bunga-bunga kenangan
merupa kupu-kupu yang menghisap madu cemburu di setengah siang
hingga senja tiba, aku masih hinggap dan terluka di bibir daun sengsara
2015
Pertengkaran
jalanan malam yang biasa kita lewati kini angker
sebab mulutku mulutmu tak lagi menyanyi rindu
dan jarak semakin membentang
Kita bergandeng amarah, bergandeng resah
sampai tiba pagi basah, kita tak mau saling kalah maupun mengalah
2015
Di Bangku Taman Kota
Tuhan mendekatkan jarak di bangku taman kota yang usang
penuh daun berserakan
sedang pohonnya telah mati
Langit senja bisu menatap
tanpa ba bi bu kau dan aku saling bercumbu
melepas birahi rindu
dengan napas yang makin menggebu
Malam kian bertandang, purnama datang
kau menghilang tanpa jejak kaki yang bisa kutangkap
dengan mata hati
Sampai tiba subuh, aku menjadi setengah gila
teluka karenamu.
2015
Mengganti Lilin
hujan malam hari
bibir-bibir melumat sepi, sunyi jadi
kunyalakan lilin
masih hujan
dibawanya jagung rebusan air mata kerinduan
rasanya manis seperti madu
masih malam
dan wajahmu menjelma purnama
mengganti lilin yang rela membakar batang tubuhnya
sampai habis
2015
Setengah Rinduku di Sampanmu
malam ini
embun mataku jadi hujan
sebab aku sedang rindu pada riak-riak ombak juga dirimu
angin malam dari timur menyebut-nyebut namamu
buatku jadi resah, hilang arah
lalu sampanmu dari barat datang membawa
setengah rinduku ke tengah lautan luka yang papa
2015
Aku Datang Sayang
aku datang sayang
menepati janjiku yang telah lalu
penuh derita dan air mata
kini aku datang sayang
menyuntingmu jadi bunga idaman
melunasi tiap-tiap kta yang tak sempat jadi puisi
kini aku datang sayang
Sudah kurampungkan seribu puisi untuk
menyatukan jantungku di dadamu
dan menyatukan jantungmu di dadaku
mengaliri tubuhku dengan darahmu
mengaliri tubuhmu dengan darahku
kini aku datang sayang
kita akan mekar bersama tiap saat
serupa mawar yang mewangi di sepanjang hari
2015
;Laki-laki di tengah Pantai
kepadamu yang kurindukan
aku sedang memotong jarak di antara kita
agar lekas jumpa denganmu, sayang…
kepadamu yang kusayang
di antara angin pesisir yang berpuisi
aku menghitung, sudah berapa kali detak jantungku berirama
menunggumu di bibir pantai ini?
hingga waktu jadi malam
kulihat para nelayan pulang membawa sampan
dan kepulanganmu masih belum tercium
sampai bintang bertaburan menemani mataku yang mulai hujan
2015
Puisi Hanat Futuh
Pengantar:
Alhamdulillah puisi saya dimuat di Tetas Kata, COMPETER. Puisi ini sebenarnya terinspirasi dari kisah yang dikisahkan oleh teman saya. Selamat membaca.
Alhamdulillah puisi saya dimuat di Tetas Kata, COMPETER. Puisi ini sebenarnya terinspirasi dari kisah yang dikisahkan oleh teman saya. Selamat membaca.
Puisi Kapan Pulang
Selasa, 20 Oktober 2015
- Post a Comment
Pengantar:
Terimakasih, puisi ini telah dimuat di Tribun Sumatera Selatan Edisi Minggu, 18 Oktober 2015. Puisi ini sebenarnya, terinspirasi dari Alm. Kemal Arkaun Alfuadi . Berikut Puisinya:
Kapan pulang?
Sudah sewindu,
Rinduku terkatung-katung oleh jarak yang tak sanggup kuhitung
Dinding-dindingku mulai tak kuat
Sebagian lainnya telah retak
Sayang, sewindu itu betapa berat
Kadang aku terjaga oleh bayangmu, kadang terlelap
Untuk melupakanmu sejenak
Sayang, kapan pulang?
Mengusaikan rinduku yang hampir meledak!
2015
Terimakasih, puisi ini telah dimuat di Tribun Sumatera Selatan Edisi Minggu, 18 Oktober 2015. Puisi ini sebenarnya, terinspirasi dari Alm. Kemal Arkaun Alfuadi . Berikut Puisinya:
Kapan pulang?
Sudah sewindu,
Rinduku terkatung-katung oleh jarak yang tak sanggup kuhitung
Dinding-dindingku mulai tak kuat
Sebagian lainnya telah retak
Sayang, sewindu itu betapa berat
Kadang aku terjaga oleh bayangmu, kadang terlelap
Untuk melupakanmu sejenak
Sayang, kapan pulang?
Mengusaikan rinduku yang hampir meledak!
2015
Langganan:
Postingan (Atom)