Cerita ini sebenarnya sudah terlalu lama
jika untuk diceritkan. Tapi jika tidak kuceritakan, rasanya blogku tidak ada
yang baru. Siapa tahu, cerita ini menginspirasi kamu. Iya special buat kamu
yang sedang blog walking di blogku
ini.
Waktu itu, hari senin, jam tiga aku menemui
narasumberku untuk melakukan wawancara seperti yang telah kami sepakati
bersama. Kami bertemu di perpustakaan kampus.
Namanya, Aris Nurahman. Biasanya disapa
dengan pak Aris. Beliau begitu friendly
and easy going, menurutku. Dari cara beliau memperlakukan orang yang baru
dikenalnya, sepertiku ini. Sebenarnya, aku merupakan jurnalis kampus yang
kurang lebih satu tahunan bergabung di bulletin Suara IAIN Purwokerto. Edisi kali
ini, aku harus mewawancarai pak Aris yang notabene baru diangkat menjadi kepala
perpustakaan sekitar bulan Mei yang lalu.
Sebagai kepala perpustakaan sekaligus
pustakawan, beliau bercerita tentang keprihatinan yang terjadi di kalangan
mahasiswa. Bahwa minat membaca di antara mereka masih rendah. Padahal membaca
adalah kebutuhan bagi mahasiswa, khususnya.
Ya minat membaca di kalangan mahasiswa jika
diprosentasikan hanya enam puluh lima persen. Untuk itu pak Aris menghimbau untuk
para mahasiswa agar senantiasa membudayakan membaca dan menjadikan perpustakaan
sebagai salah satu sumber referensi, informasi dan penambah wawasan serta
pengetahuan.
Yaudah, yuk mending mulai dari sekarang kita
membaca.
oiyah, aku lampirin berita yang telah kutulis kemarin tentang profile pak Aris Nurahman ya, selamat membaca.
ARIS NURAHMAN, S.H.I.,M.Hum
Membaca adalah Kebutuhan.
Salah satu
potret pustakawan sederhana di IAIN Purwokerto ialah Aris Nurahman,
S.H.I.,M.Hum. Pria kelahiran cilacap, 14 Januari 1978, merupakan anak ketiga
dari empat bersaudara. Ayahnya Jumain, seorang pegawai pelayanan masyarakat dan
ibunya Rohana ibu rumah tangga. Aris menempuh pendidikan formalnya di SD Negeri
1 Majenang (1984-1990), SMP Negeri 2 Majenang (1990-1993) dan SMK Negeri 1
Cilacap jurusan mesin (1993-1996).
Setamat
dari SMK, Aris tidak langsung melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi
karena keadaan ekonomi keluarga yang kurang mendukung. Sehingga pada waktu itu,
Aris langsung memutuskan untuk bekerja sebagai pengawas kendaraan di Majenang
selama dua tahun. Baru pada tahun ketiga ketiga, dia melanjutkan belajarnya ke
STAIN Purwokerto pada tahun 1998, yang saat ini telah berganti nama menjadi
IAIN Purwokerto.
Di
kampus hijau lah, Aris mulai aktif mengikuti organisasi. Dia aktif di beberapa
organisasi kampus dan luar kampus seperti Himpunan Mahasiswa Jurusan Syariah
sebagai wakil sekertaris jenderal dan IPPNU juga menjabat sebagai sekertaris. Saat
mahasiswa, Aris juga pernah mendapat beasiswa beberapakali. Hal itu membuat
Aris semakin kiat belajar dan mengasah kemampuannya. Terbukti, kuliah S1-nya
berhasil diselesaikan tepat waktu dengan predikat cumlaude pada tahun 2002.
Setelah
menjadi sarjana, pria bercita-cita sebagai kayim ini justru bekerja sebagai
pegawai di perpustakaan kampusnya. Di sela-sela aktifitasnya sebagai pegawai
perpustakaan, tahun 2005, Aris menikah dengan Nailul Latifah. Mereka dikaruniai
tiga anak, Muhammad Tsaqtib Fayyad (7 tahun), Citra Aulia Rahman (4 tahun),
Jihan Farisa Rahman (1 tahun). Prinspip hidup yang selalu dipegang Aris ialah
selalu mensyukuri apa yang telah didapat. Karena dengan bersyukur maka kita
akan bahagia. Bahagia itu tidak hanya diberi rezeki uang yang banyak, tetapi
juga diberi ilmu dan pengetahuan yang luas dan yang tak terlupakan adalah
diberi kesehatan. Sehingga bisa senantiasa berdoa, berikhtiar dan bersyukur.
Pada
tahun 2007, Aris mendapatkan beasiswa kuliah profesi pustakawan dan selesai
tepat waktu dengan predikat cumlaude dan
bekerja sebagai pustakawan di IAIN Purwokerto. Pustakawan penyuka matematika
dan kimia ini juga merupakan dosen Ilmu Perpustakaan di Universitas Terbuka.
Selain itu, Aris juga bergiat di NU Cabang Banyumas, Badan Hisab Rukyat, dan
Ikatan Pustakawan Indonesia Banyumas dan ketiganya, Aris menjabat sebagai
sekertaris
Aris
berpesan kepada seluruh mahasiswa untuk membudayakan baca dan menggunakan
perpustakaan sebagai pusat informasi dan pengetahuan. Menurut Aris, 65%
informasi dan pengetahuan didapat dari membaca buku. Jangan sampai sebagai
mahasiswa tidak pernah membaca apalagi tidak mengenal perpustakaan. Karena membaca
merupakan suatu kebutuhan yang wajib dipenuhi oleh mahasiswa.
Saat
ini Aris menjadi menjabat sebagai kepala perpustakaan terhitung sejak bulan Mei
tahun 2015. Pada awal Oktober nanti, Aris akan berangkat ke Austalia untuk
mengikuti progam yang diselenggarakan oleh Direktorat Perguruan Tinggi Islam
(DIKTIS) guna membahas pengembangan dan manajemen perpustakaan. (HFN)
Tidak ada komentar
Posting Komentar