Belajar Dari Setiap Orang
Hanat Futuh Nihayah on Posmetro Prabu
Membaca Kepribadian Melalui Tulisan Tangan
Workshop Calon Alumni Fakultas Dakwah
Dokumen Fakultas |
kuliah Design Grafis
hari ini kami mempelajari creating your fonts. ulala, mari kita buat. untuk yang lainnya akan kuceritakan nanti yaaaa....
Membaca adalah Kebutuhan.
Semangat Pagi, Kamu.
Hallo, selamat pagi buat kamu yang lagi gowes ke sekolah, yang lagi jalan kaki ke kampus, yang lagi berkendara buat kuliah dan kerja dan buat kamu spesial yang lagi baca tulisanku.
Semangat buat kamu ya.
Aduh kangen banget nyapa kamu. Udah lama banget gak mengudara di radio. Hampir lupa cara ngomong di depan mikrofon. Hihi
Hari ini tepatnya pagi ini kuliah Public relations. Yuk ah udah masuk. Kuliah dulu yaaa ☺😊😀😁😄
Hanat Futuh on Sastra Harian Cakrawala Makasar
Alhamdulillah, tujuh puisi saya dimuat di Sastra Harian Cakrawala Makassar. Puisi-puisi tersebut merupakan hasil dari persemedian sewaktu bulan puasa. Waktu Ramadhan, ada seseorang yang dengan ikhlas membantu dan mengajari saya untuk terus menulis. Big Teacher Asqa, terimakasih sudah mau menjadi guru puisiku dengan ikhlas. Dan semoga saya tetap jatuh cinta dengan menulis puisi. Semoga kalian yang membaca sudi memberi kritik dan saran. Terimakasih saya ucapkan.
Kupu-kupu
aku adalah luka yang
menari di atas bunga-bunga kenangan
merupa kupu-kupu yang menghisap madu cemburu di setengah siang
hingga senja tiba, aku masih hinggap dan terluka di bibir daun sengsara
2015
Pertengkaran
jalanan malam yang biasa kita lewati kini angker
sebab mulutku mulutmu tak lagi menyanyi rindu
dan jarak semakin membentang
Kita bergandeng amarah, bergandeng resah
sampai tiba pagi basah, kita tak mau saling kalah maupun mengalah
2015
Di Bangku Taman Kota
Tuhan mendekatkan jarak di bangku taman kota yang usang
penuh daun berserakan
sedang pohonnya telah mati
Langit senja bisu menatap
tanpa ba bi bu kau dan aku saling bercumbu
melepas birahi rindu
dengan napas yang makin menggebu
Malam kian bertandang, purnama datang
kau menghilang tanpa jejak kaki yang bisa kutangkap
dengan mata hati
Sampai tiba subuh, aku menjadi setengah gila
teluka karenamu.
2015
Mengganti Lilin
hujan malam hari
bibir-bibir melumat sepi, sunyi jadi
kunyalakan lilin
masih hujan
dibawanya jagung rebusan air mata kerinduan
rasanya manis seperti madu
masih malam
dan wajahmu menjelma purnama
mengganti lilin yang rela membakar batang tubuhnya
sampai habis
2015
Setengah Rinduku di Sampanmu
malam ini
embun mataku jadi hujan
sebab aku sedang rindu pada riak-riak ombak juga dirimu
angin malam dari timur menyebut-nyebut namamu
buatku jadi resah, hilang arah
lalu sampanmu dari barat datang membawa
setengah rinduku ke tengah lautan luka yang papa
2015
Aku Datang Sayang
aku datang sayang
menepati janjiku yang telah lalu
penuh derita dan air mata
kini aku datang sayang
menyuntingmu jadi bunga idaman
melunasi tiap-tiap kta yang tak sempat jadi puisi
kini aku datang sayang
Sudah kurampungkan seribu puisi untuk
menyatukan jantungku di dadamu
dan menyatukan jantungmu di dadaku
mengaliri tubuhku dengan darahmu
mengaliri tubuhmu dengan darahku
kini aku datang sayang
kita akan mekar bersama tiap saat
serupa mawar yang mewangi di sepanjang hari
;Laki-laki di tengah Pantai
kepadamu yang kurindukan
aku sedang memotong jarak di antara kita
agar lekas jumpa denganmu, sayang…
kepadamu yang kusayang
di antara angin pesisir yang berpuisi
aku menghitung, sudah berapa kali detak jantungku berirama
menunggumu di bibir pantai ini?
hingga waktu jadi malam
kulihat para nelayan pulang membawa sampan
dan kepulanganmu masih belum tercium
sampai bintang bertaburan menemani mataku yang mulai hujan
2015
Puisi Hanat Futuh
Alhamdulillah puisi saya dimuat di Tetas Kata, COMPETER. Puisi ini sebenarnya terinspirasi dari kisah yang dikisahkan oleh teman saya. Selamat membaca.
Puisi Kapan Pulang
Terimakasih, puisi ini telah dimuat di Tribun Sumatera Selatan Edisi Minggu, 18 Oktober 2015. Puisi ini sebenarnya, terinspirasi dari Alm. Kemal Arkaun Alfuadi . Berikut Puisinya:
Kapan pulang?
Sudah sewindu,
Rinduku terkatung-katung oleh jarak yang tak sanggup kuhitung
Dinding-dindingku mulai tak kuat
Sebagian lainnya telah retak
Sayang, sewindu itu betapa berat
Kadang aku terjaga oleh bayangmu, kadang terlelap
Untuk melupakanmu sejenak
Sayang, kapan pulang?
Mengusaikan rinduku yang hampir meledak!
2015
REPOST From Didot Adot; Ternyata (yang Terkenal) Pare, bukan Kediri.
Tahu kah kalian kota Kediri? Itu loh kota kecil di Jawa Timur yang terkenal dengan Tahu Tahwa, Gethuk Pisang, Sambal Tumpang (menurut kepercayaan: kalau bukan orang Kediri gak ada yang demen :D ), kepercayaan bahwa setiap orang ‘besar’ yang masuk ke kediri dia akan kembali ke dirinya sendiri yang semula, dll.
Kemarin aku sms sama teman sesama penulis dari Purwokerto (terkenal dengan makanan khasnya mendoan dan nopia). Ketika aku memberitahu bahwa aku berasal dari Kediri. Seketika, yang terlintas dipikirannya pertama kali adalah Kampung Inggris yang terletak di Kabupaten Pare.
Dia berucap, “iyah tau mas, tau :p kediri yg kampung inggris kaan? eh pare maksudnya :p”
Ngenes banget kan penduduk kotanya :(
Tapi ketika menulis posting ini, aku tertegun membatu. Kota Kediri sudah punya apa dalam hal pendidikan dan teknologi ya?? Akhirnya aku membenarkan bahwa kota Kediri memang belum seberapa.
Tapi tunggu dulu. Antara Kediri yang belum punya apa-apa dan aku yang belum tahu apa-apa tentang kediri, aku tanya pada paman google tentang prestasi Kediri. dan ini lah hasilnya https://www.google.co.id/search?q=prestasi+kota+kediri&ie=utf-8&oe=utf-8&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a&channel=sb&gws_rd=cr&ei=9qGfU_OoHcKMuATLk4LIDg
Sekarang saatnya bagi generasi sekarang untuk menyuarakan prestasinya. Untuk menghargai perjuangan para pendahulu dan memotivasi generasi penerus. Mari Berprestasi! Mari Berkarya!
Menghitung
Mungkin tepatnya sejak aku berumur lima tahun, ibuku mulai mengajariku berhitung. Kata ibu, dulu aku tidak begitu ceta saat mengucap angka sembilan. Terlalu panjang mungkin.
Ya aku bersyukur bisa berhitung. Belajar berhitung hingga aku bisa menghitung apa saja yang bisa dihitung.
Hari ketiga.
Terang saja, hari ketiga ini aku bahagia. Bisa bertemu dengan ibu dan bapak serta kakakku. Tak lupa juga dengan kedua kemenakanku Vyrra dan Citra. Selepas makan sahur tadi. Aku bermain bersama Vyrra dan Citra. Setelah hampir satu bulan lebih tak pulang karena sekelumit tugas serta kewajiban sebagai mahasiswa.
Tentu aku bahagia, bisa bertemu serta menciumi ramadhan denga kalam Ilahi. Di sini, semua berawal. Aku ingin menyucikan diriku lagi. Setelah mungkin sehari hari yang lalu memiliki dosa yang disengaja maupun tida k disengaja.
Doa seorang ibu memang makbul.
Begini, tadi pagi pas aku beberes dan siap-siap kembali ke pwt, aku meminta sebuah ikat rambut kepada ibu. Ibuku malah menjawab dengan sebuah usulan, "potong saja rambutmu. Jangan panjang-panjang, kelihatan gremyes-grembyes"
"Lah Ibu, masa aku dari dulu punya rambut panjang selalu dipotong kan sekali-kali punya rambut panjang" sanggahku.
"Kamu kan pakai jilbab nduk"
Yaaa, kalau sudah begitu aku hanya menjawab ya dan berlalu mencari ikat rambut sendiri meski akhirnya tidak menemukannya.
Kejadian sore tadi.
Sepulang ngampus dan ngeperpus, kepalaku cenat-cenut. Efek cuaca panas, mendung lalu tiba-tiba hujan tiba-tiba panas lagi. Ditambah dengan beberapa tugas yang belum sama sekali kusentuh. Sampai di kos, tanpa berpikir panjang aku mengambil sebuah gunting- yang masih baru- dan sisir lalu perlahan memotong rambut dengan caraku sendiri. Semua terjadi begitu sajaaa. Ibuuuuu, doamu dan pintamu serta saranmu sudah kujalankaan.
April 13, 2015
Rindu.
Ayah, Ibu...
Aku ingin bercerita lewat udara. Tentang perasaanku yang kian tak menentu. Aku sedang jatuh cinta bu. Aku sedang jatuh cinta ayah.
Kemarin, saat perasaanku berbunga-bunga aku masih bisa mengatasinya sendiri. Menorehkan bahagiaku di lembar putih lalu menyulapnya menjadi kian warna.
Ayah ibu...
Aku memang belum dikata dewasa. Cinta lahir dan datang kapan saja. Di mana saja dan kepada siapa saja.
Saat aku mengulum rindu, aku masih bisa menahannya agar tidak ada yang tahu. Jika aku sedang risau.
Ayah ibu...
jika kemarin aku mempercayai semesta untuk mendengar semua bahagiaku, kali ini kukata tidak. Hanya kemarin saja saat bunga di taman hati bermekaran. Tapi saat mulai layu, semesta serasa bertepuk tangan
Ayah ibu...
Bagai sewindu kutahan rindu
Hingga menjelma pilu
Lalu kisah cintaku layu
Bersemayam pada cemburu
Aya ibu...
Aku tak lagi berbagi bahagia dengan semesta, akan kubagi suka dukaku bersamamu..
Curhatan Nihay Episode 70 soal.
Kangen
Entah beberapa kali perasaan ini datang. Ya! Aku cuma pingin bilang; aku kangen saat ke toko buku sama kamu, milah milih buku yang bagus, berkualitas dan menarik tapi sesuai kantong; aku kangen makan ice cream bareng kamu di alun-alun sambil baca buku yang sudah kita beli, membongkar isinya dan me-review-nya; aku kengen dan sebal saat kamu meledek tulisanku yang tidak punya karakter tokoh yang kuat, katamu tokoh-tokoh yang kubuat adalah orang-orang cengeng dan klise; aku kangen saat kamu membantuku mengerjakan tugas kuliah; aku kangen sama semua cerita kita.
Aku pun juga ingin mengatakan lainnya; aku kangen ikutan kuis di twitter, facebook, televisi dan lain sebagainya; aku kangen pak pos yang setiap minggu sekali bahkan tiga kali datang menyambangi rumahku membawa beberapa paket buku hasil ikutan kuis; aku kangen dibilang "ih kamu menang terus, pakai apaan siy!"; aku kangen baca tujuh buku selama tujuh hari; aku kangen main ke kantor pos; aku kangen jadi kuis hunter.
Aku kangen! Aaaaah.
Sepertiga malam
Di sepertiga malamku
Kukata rindu telah menjadi api
Lalu, setelah bercengkrama denganmu
Kupotong hujan yang mulai memanjang
di sepasang kelopak mata
Kaliwedi, 12 April 2015
Curhatan Nihay
Nihay comes back nih. Selamat datang di postingan bulan April.
Sekilas aku akan menceritakan persembunyianku dari dunia maya. Beberapa aktifitas di kampus membuatku tak sempat menuliskan serangkaian kalimat, tapi ingat doaku selalu kutujukan pada kalian semua yang mau meluangkan waktu untuk sekadar mengobrak-abrik blogku :-)
Beberapa waktu lalu, aku memang sangat sibuk. Tugas di sana-sini. A-Z aku kerjakan tanpa nggundel. Aku sadar aku sedang mengemban tugas sebagai generasi penerus bangsa.
Beberapa tugas ternyata sangat menyita waktu istirahatku. Bayangkan dalam 24 jam aku hanya tidur 2-3 jam. Sudah dipastikan aku akan jatuh ngantuk saat mata kuliah di pagi hari. Tapi eeeeits tunggu dulu. Ternyata semua mata kuliah yang jatuh di jam pertama ternyata tidak bisa membuatku mengantuk.
Apalagi sampai detik ini, tugas masih mengikuti ke mana langkah kaki berada. Seakan-akan ia begitu mencintaiku :3
Oh ya, Nihay mau curhat nih. Sekarang ini aku sedang diperbincangin di belakang rak-rak buku yang tersusun rapi. Sebut saja perpustakaan. Aku sedang duduk dan mengetik tulisan ini di sebuah meja yang gandeng dengan satu meja di sebelah kiri. Alias ada dua meja di hadapanku. Nah beberapa puluh menit yang lalu, datang seorang cowo memakai baju pink. kutaksir ia adalah anak baru maksudku anak semester bawah alias semester dua. Dari muka-mukanya memang begitu lugu dan polos. Iya dia pakai baju batik bercorak unga dengan warna pink dan ada sedikit warna coklat.
Beberapa mulut bebicara di belakangku, ada yang tertawa. Aku sedikit menangkap pembicaraan mereka. Sedikit banyaknya begini; ehhhh itu tuh yang meja selatan, kompak banget ya. bajunya pink-pink lagi.
Ya! Aku baru sadar jika baju dan kerudungku pink. Aku lupa kalau aku juga memakai blezer berwarna merah maroon yang dipadukan dengan baju panjang selutut dan celana coklat panjang.
Hahahaaa... ternyata eh ternyataaa, tiba-tiba dia malah nyapa! Oh, teman baru nih!
Curhataaan sore. Pusing bikin puisi, esai, kti, cerpeeeeen :3
Perpustakaan, 9 April 2015
14:35