Andai saja, saya mengingat masa kecil saya. Saya penasaran, bagaimana dulu pertama kalinya saya dikenalkan untuk berpuasa, atau lebih tepatnya dilatih untuk berpuasa.
Andai saya ingat, bagaimana pertama kali saya kecil menahan diri dari rasa lapar dan haus. Bagaimana saya menemui banyak godaan untuk bertahan atau membatalkan puasa. Tentang saya kecil pertama kali puasa, saya tidak ingat.
Tapi saya mau cerita nih. Tentang keponakan saya yang bernama Vyrra. Biasanya akrab dipanggil kakak karena dia keponakan pertama dan cucu pertama orang tua saya. Saat ini dia masih TK. Tapi tahun ini di tahun ajaran baru, dia naik kelas satu. Yay!
Bulan puasa ini, kakak Vyrra latihan puasa. Dia antusias banget menyambut bulan puasa. Sahur ikutan sahur. Buka puasa apalagi, semangat banget. Saya jadi terharu. Saya jadi berpikir, apa dulu saya seperti keponakan saya ya? Hihihi
Kakak pertama saya, mba Fiya, memang tidak memaksa anaknya untuk puasa. Justru, kakak Vyrralah yang meminta pada Ibunya untuk berpuasa. Meskipun sesekali ikut sahur. Akhirnya kakak Vyrra ini melatih berpuasa dari jam lima pagi sampai Maghrib. Iya sahurnya jam lima. Tapi juga terkadang setengah lima sesuai bangunnya saja.
Untuk level anak usia enam tahun, latihan puasa dalam jangka waktu yang seperti disebutkan itu sudah lumayan. Bagus malahan. Setidaknya kakak Vyrra tahu, bahwa sebagai orang Islam, setiap setahun sekali, selama bulan Ramadan penuh berpuasa.
Tapi saya mau cerita nih. Tentang keponakan saya yang bernama Vyrra. Biasanya akrab dipanggil kakak karena dia keponakan pertama dan cucu pertama orang tua saya. Saat ini dia masih TK. Tapi tahun ini di tahun ajaran baru, dia naik kelas satu. Yay!
Bulan puasa ini, kakak Vyrra latihan puasa. Dia antusias banget menyambut bulan puasa. Sahur ikutan sahur. Buka puasa apalagi, semangat banget. Saya jadi terharu. Saya jadi berpikir, apa dulu saya seperti keponakan saya ya? Hihihi
Kakak pertama saya, mba Fiya, memang tidak memaksa anaknya untuk puasa. Justru, kakak Vyrralah yang meminta pada Ibunya untuk berpuasa. Meskipun sesekali ikut sahur. Akhirnya kakak Vyrra ini melatih berpuasa dari jam lima pagi sampai Maghrib. Iya sahurnya jam lima. Tapi juga terkadang setengah lima sesuai bangunnya saja.
Untuk level anak usia enam tahun, latihan puasa dalam jangka waktu yang seperti disebutkan itu sudah lumayan. Bagus malahan. Setidaknya kakak Vyrra tahu, bahwa sebagai orang Islam, setiap setahun sekali, selama bulan Ramadan penuh berpuasa.
Selain itu, memberinya pengertian, bahwa berpuasa itu tidak sekadar menahan haus dan lapar, tetapi tidak boleh marah-marah. Apalagi kakak Vyrra ini punya adik yang jarak usianya hanya dua tahun saja. Sedikit-sedikit kakak Vyrra berhasil menahan untuk tidak marah, rebutan mainan dengan adik atau teriak-teriak.
Lucunya kemarin, waktu saya nginep di sana. Menjelang jam lima sore sambil menunggu waktu berbuka puasa. Tiba-tiba kakak Vyrra minta dibelikan paket ayam goreng beserta nasi dan minumannya. Katanya, sebagai hadiah kalau dia berpuasa sampai Maghrib. Tentu saja saya tidak menolak permintaannya. Sebagai apresiasi karena dia berhasil berpuasa sampai Maghrib.
Kalau teman-teman, adakah yang punya tips lain, bagaimana melatih anak kecil berpuasa?
Kasih tahu saya lewat komentar yuk! Biar saya juga belajar sedikit-sedikit tentang anak kecil. Hehe
Ini tulisan saya ikutkan di blogger challenge dari Blogger Perempuan hari ke 21.
Lucunya kemarin, waktu saya nginep di sana. Menjelang jam lima sore sambil menunggu waktu berbuka puasa. Tiba-tiba kakak Vyrra minta dibelikan paket ayam goreng beserta nasi dan minumannya. Katanya, sebagai hadiah kalau dia berpuasa sampai Maghrib. Tentu saja saya tidak menolak permintaannya. Sebagai apresiasi karena dia berhasil berpuasa sampai Maghrib.
Kalau teman-teman, adakah yang punya tips lain, bagaimana melatih anak kecil berpuasa?
Kasih tahu saya lewat komentar yuk! Biar saya juga belajar sedikit-sedikit tentang anak kecil. Hehe
Ini tulisan saya ikutkan di blogger challenge dari Blogger Perempuan hari ke 21.
Tidak ada komentar
Posting Komentar