Di
akhir Januari kemarin, saya terpilih menjadi salah satu host booktour 3 kisah
cinta dari Penerbit Katadepan. Saya dapat kesempatan untuk membaca dan mengulasnya di akun instagram sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, karena
keterbatasan karakter di instagram itulah, saya berinisiatif mengulas novel Dearest Mai di blog personal saya ini. Penasaran? Keep reading!
Identitas Buku
Judul : Dearest Mai
Penulis : Mia Chuzaimah
Penerbit : Penerbit Katadepan
Tahun : 2019
Tebal : 397 halaman
Blurb
Mai, gadis itu punya
mimpi sederhana saja.
Lulus kuliah dengan
nilai bagus, menikah, dan tenang bersama keluarga. Namun, mimpu akan sulit saat
kau sudah bertemu cinta dan patah hati, bukan?
Al, laki-laki yang
selalu memberinya perhatian, diam-diam mengisi tempat di hatinya. Namun, saat
perasaan itu mulai tumbuh, ternyata Al sudah bersama perempian lain.
Dalam patah hati,
Mai bertemu Da Andy. Dia baik, pintar, mencintainya, seharusnya tidak ada lagi
yang membuat Mai ragu. Sampai sebuah kenyataan tentang Da Andy membuat
harapannya hancur. Berantakan tak lagi berupa.
Jatuh cinta memang
selalu tak bisa baik-baik saja, bukan?
Lalu, akan ke mana
Mai membawa ccintanya menepi?
Akan bagaimana Mai
menyudahi keinginan hati?
Review Dearest Mai
Berhijrah
menjadi seorang muslimah yang lebih baik lagi memang bukan perkara yang mudah. Apalagi dalam
perjalanannya kerap banyak godaan yang datang silih berganti. Berhijrah memang
tidak hanya menutup aurat saja, tapi lebih dari itu, sikap dan perbuatan juga
harus ikut berhijrah. Seperti perjalanan Mai di novel ini. Mai ini mahasiswa di
sebuah perguruan tinggi yang ada di kota Padang. Kalau saya bayangkan, Mai
adalah seorang ukhti-ukhti kampus gitu yang selalu berusaha memegang prinsip
hidupnya sebagai seorang muslimah. Pokoknya sosok Mai digambarkan sebagai
perempuan sekaligus muslimah yang baik sikap maupun tuturnya. Apalagi Mai ini
juga aktif di organisasi kampus dan aktif mengikuti kajian islami.
Tapi,
meski pun digambarkan sebagai muslimah yang sedemikian nyaris sempurna, Mai
teteplah perempuan. Jika datang laki-laki yang menaruh perhatian dan hati
padanya, tentu akan membuat hatinya berbunga-bunga. Meski dia kerap kali
menepis perasaan tersebut. karena Mai ingat bahwa dirinya sedang mencoba untuk menjadi sebagai mana muslimah bersikap seharusnya dengan lawan jenis yang belum menjadi mahramnya. Proses hijrah Mai ini cukup menantang, penuh godaan. Dan jika kita melihat fenomena yang terjadi sekarang ini, kisah Mai tentu saja sangat relate. Khususnya untuk para mahasiswa terutama yang aktif menjadi aktifis yang sedang berhijrah.
Novel ini juga menceritakan perjalanan kehidupan asmara Mai dengan dua lelaki yang menaruh hati pada Mai. Mai juga terkadang bimbang dihadapkan pada dua pilihan. Al, teman kampusnya, yang bagi saya ini adalah cerminan dari diri Mai sendiri, atau Uda Andy, laki-laki mapan, kaya raya, baik hati, dan juga tampan.
Novel ini mengekspos kehidupan kampus Mai cukup detail. Kedekatan Mai dengan Al dan Uda Andy, atau dengan sahabat-sahabatnya.
Novel ini cukup memainkan perasaan saya sebagai pembaca. Saya bilang, novel ini cukup sukses bikin gregetan, gemas apalagi dengan tokoh Mai, sebagai pusat cerita di novel ini. Penulis menggunakan sudut pandang orang pertama dari tokoh Mai. Jadi saya bisa tahu bagaimana perasaan Mai.
Bagian yang paling saya suka adalah jalan ceritanya yang tidak mudah ditebak. Penyelesaian tiap konfliknya juga tidak terkesan terburu-buru. Mengalir sekali. Saya bilang novel ini berhasil menarik perhatian saya si. Banyak banget pelajaran yang bisa kita petik setelah membaca novel Dearest Mai.
"Pacaran itu biasanya lebih cenderung kepada sentuhan fisik. Seorang muslimah seharusnya menjaga diri hanya untuk suaminya, bukan untuk dipegang-pegang oleh laki-laki yang belum tentu akan menjadi jodohnya" halaman 214.
Novel ini juga menceritakan perjalanan kehidupan asmara Mai dengan dua lelaki yang menaruh hati pada Mai. Mai juga terkadang bimbang dihadapkan pada dua pilihan. Al, teman kampusnya, yang bagi saya ini adalah cerminan dari diri Mai sendiri, atau Uda Andy, laki-laki mapan, kaya raya, baik hati, dan juga tampan.
Novel ini mengekspos kehidupan kampus Mai cukup detail. Kedekatan Mai dengan Al dan Uda Andy, atau dengan sahabat-sahabatnya.
Novel ini cukup memainkan perasaan saya sebagai pembaca. Saya bilang, novel ini cukup sukses bikin gregetan, gemas apalagi dengan tokoh Mai, sebagai pusat cerita di novel ini. Penulis menggunakan sudut pandang orang pertama dari tokoh Mai. Jadi saya bisa tahu bagaimana perasaan Mai.
Bagian yang paling saya suka adalah jalan ceritanya yang tidak mudah ditebak. Penyelesaian tiap konfliknya juga tidak terkesan terburu-buru. Mengalir sekali. Saya bilang novel ini berhasil menarik perhatian saya si. Banyak banget pelajaran yang bisa kita petik setelah membaca novel Dearest Mai.
"Pacaran itu biasanya lebih cenderung kepada sentuhan fisik. Seorang muslimah seharusnya menjaga diri hanya untuk suaminya, bukan untuk dipegang-pegang oleh laki-laki yang belum tentu akan menjadi jodohnya" halaman 214.
Bukan
tanpa alasan, saya memilih novel Dearest Mai untuk saya review. Pertama, karena
saya penasaran apakah novel Dearst Mai akan seberhasil novel sebelumnya yakni
Wedding Agreement yang sempat menjadi best seller bahkan sampai dijadikan film.
Kedua, saya menyukai sampulnya. Awalnya saya menebak-nebak kenapa sampulnya
seperti ini? Dan setelah membaca novel ini sampai selesai saya yakin sampul
ini dipilih karena sangat mempresentasikan karakter Mai, tokoh yang menjadi
fokus cerita di novel ini.
Tidak ada komentar
Posting Komentar