Sebenarnya, memiliki niat untuk vaksin itu sudah ada sejak lama. Sejak digaungkannya gerakan vaksinasi untuk melawan COVID-19. Tapi sayangnya, niat dan keberanian itu silih berganti dengan rasa cemas yang berujung pada keraguan.
Membaca banyak berita dan cerita dari berbagai sumber, ada yang bilang vaksin itu efeknya tidak bagus. Ada lagi yang setelah vaksin, badan merah dan gatal. Memang benar, hal-hal positif lebih cepat tenggelam dibandingkan yang negatif. Tidak sedikit orang yang memang lebih sering mendengar efek negatifnya dari pada positifnya. Benar, kan?
Memutuskan Untuk Vaksinasi
Perkara memutuskan vaksinasi bukan hal mudah. Meski sudah mengantongi niat, tapi ternyata ada saja yang menjadikan diri ini ragu untuk vaksin.
Apalagi saat saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, beberapa reaksi yang dialami oleh teman saya setelah satu kali dua puluh empat jam vaksin. Ada yang efeknya ngantuk dan lapar, ini masih nggak apa-apa ya. Ada yang panas dan jatuhnya demam serta nggreges gitu. Ada yang pusing. Reaksi yang berbeda-beda dirasakan oleh teman-teman saya yang sudah vaksin moderna.
Saya jadi setengah-setengah nih untuk vaksin. Apalagi saya ini masih terngiang-ngiang postingan orang yang habis vaksin, terus timbul merah-merah gatal di kulit. Entah itu benar adanya atau tidak, saya juga masih bingung.
Dan waktu terus berjalan. Kesempatan vaksin terus berdatangan. Mengingat vaksin menjadi salah satu syarat mutlak untuk beberapa kepentingan, dan tahun depan juga katanya sudah berbayar, akhirnya saya memutuskan untuk vaksin. Saya vaksin bersama tiga teman lainnya.
Bukan Vaksin Sinovac, Tapi Vaksin PFizer
Saya dan teman-teman vaksin di sekolah MTs Almukarromah Karangjati, Sampang. Sebuah sekolah yang tentunya sudah tidak asing bagi saya. Iya saya salah satu murid lulusan sekolah tersebut.
Saya mendapatkan informasi vaksinasi dari kakak saya, mba Fia, yang merupakan guru di sana. Setelah mendapatkan kabar bahwa warga domisili selain Cilacap boleh ikut vaksin, saya bergegas ke lokasi. Tentunya dengan jantung yang berdegup lebih kencang. Pokoknya kayak mau bertemu calon mertua. Hihihi.
Sampai di lokasi, saya dihampiri mba Fia. Dan dikasih tahu bahwa kali ini vaksin PFizer bukan Sinovac. Kami berempat kaget. Tapi yang terlihat panik tentu mba Yuli dan saya. Yang memang lebih menginginkan Sinovac dari awal. Karena katanya efek sampingnya biasa saja.
Tentu tidak mungkin saya kabur, kan? Karena kesempatan vaksin sudah di depan mata, maka bismillah dan yakin adalah kunci. Setelah mengikuti tahap screening, tahap ini semacam edukasi dan pengenalan terhadap vaksinasi dan jenis vaksin yang akan disuntikkan.
Di bagian ini, saya sedikit tahu dan paham bahwa progam vaksinasi ini memiliki tujuan yang baik, dan semoga saja tidak ada pihak-pihak yang memanfaatkannya untuk kepentingan dan keuntungan pribadi.
Mengenal Vaksi PFizer
Banyak sekali jenis vaksin yang hadir dan diperuntukkan untuk mencegah dan melawan Covid- 19. Mulai dari Sinovac, Moderna, Astrazeneca, dan yang baru-baru ini muncul di publik yaitu PFizer. Dari semua jenis vaksin, tentunya antara satu dan lainnya memiliki efek samping yang berbeda. Tapi ada beberapa yang sama.
Nah, vaksin yang saya dapatkan adalah vaksin PFizer. Melansir dari Kumparan, bahwa vaksin PFizer dapat digunakan mulai umur 12 tahun, jadi sangat diharapkan vaksin tersebut bisa meningkatkan capaian program vaksinasi pemerintah. Diharapkan juga vaksin dan protokol kesehatan lainnya dapat menjadi upaya yang bisa mencegah infeksi COVID-19.
Melansir dari berbagai sumber, salah satunya website Alodokter, bahwa vaksin Pfizer atau BNT162b2 merupakan vaksin untuk mencegah infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19. Jenis vaksin tersebut merupakan hasil kerja sama perusahaan bioteknologi Jerman, BioNTech dengan perusahaan farmasi asal Amerika, Pfizer. Vaksin ini mulai dikembangkan sejak tahun lalu yakni tepat di tahun 2020.
Setelah Vaksin Pfizer, Ini yang saya Rasakan
Saat saya diberikan vaksin, saya merasakan bagai mana jarum itu disuntikkan ke lengan atas tangan kiri saya. Saya merasakan sedikit sakit seperti digigit serangga. Tapi setelah itu sudah tidak terasa, tahu-tahu jarum suntiknya sudah dicabut oleh petugas vaksinnya.
Satu jam berlalu, saya belum merasakan efek apapun. Rasa pegal di lengan tangan kiri pun tidak. Tapi ternyata setelah tiga jam, sejak vaksin, saya tiba-tiba merasakan kantuk yang berat sekali. Padahal masih suasana jam kerja kantor. Saya bolak-balik kamar mandi untuk sekadar mencuci muka supaya menghilangkan kantuk. Tapi ternyata kantuk itu belum kunjung pergi. Setelah pulang ke rumah, saya istirahat. Tidak lupa juga untuk minum enzim, sebagai minuman multi vitamin yang menjaga kekebalan tubuh supaya tidak sakit.
Malam harinya, saya merasakan lapar yang tidak seperti biasanya. Bahkan makanan yang saya makan jumlah dua kali dari biasanya. Apa kah itu efek dari vaksin? Barang kali jika iya, alhamdulillah. Tidak ada efek negatif yang saya dapatkan.
Setelah 1x24 jam, lengan tangan kiri saya benar-benar pegal sekali. Bahkan untuk melepaskan atau memakai baju, susah sekali. Tapi alhamdulillah, saya hanya merasakan pegal saja. Untuk efek samping yang sering saya baca tidak kejadian. Seperti deman, sakit kepala, dan lain sebagainya.
Untuk teman-teman yang akan vaksin, yuk jangan takut. Efek samping yang akan kita Terima setelah vaksin itu sesuai dengan sistem kekebalan tubuh kita. Makanya, setelah vaksin, jangan lupa minum multi vitamin dan perbanyak air putih. Insya-Allah, semua akan baik-baik saja.
Nah, di tanggal tiga November nanti, saya akan vaksin dosis ke dua nih. Do'akan semoga baik-baik saja ya. Nanti akan saya ceritakan di blog juga, pengalaman vaksin Pfizer dosis kedua.
Tidak ada komentar
Posting Komentar