Ma, menata ulang perasaan karena kehilangan itu bagai mana caranya?
Ma, dua puluh enam Jumat yang aku lewati sampai hari ini, perasaanku masih sama. Sedih, tapi aku tidak menunjukkan itu di depan Bapak dan di depan semua orang. Sebab aku tahu, Bapak pasti lebih merasakan kehilanganmu timbang besarnya rasa kehilangan yang aku rasakan. Dan setiap orang belum tentu peduli atas kesedihan dan rasa kehilangan yang aku rasakan.
Ma, kadang waktu berjalan lambat, tapi aku kadang merasakan waktu begitu cepat berlalu. Tiba-tiba, sudah Juni. Ternyata sudah hampir enam bulan aku melewati dan menjalani hari-hariku tanpa kehadiran mama di sini.
Ma, kepingan rasa sedih dan kehilangan masih tersisa banyak sekali dan tertinggal di hati. Aku sedang menyusun kepingan itu dan ingin menguburnya dengan rasa syukur, sebab mama pulang ke pencipta, Allah SWT dengan mudah, dengan cara terbaik, dan di hari paling baik, yakni hari Jumat.
Ma, aku benar-benar kehilangan kebiasaan yang biasa kita lakukan bersama. Seperti masak di pagi atau sore hari. Atau setiap aku bermain hape saat menjelang adzan maghrib, pasti mama selalu bilang, setan gepeng aja dibelani. Salat disik. Sekarang, Kata-kata itu seperti rekaman suara yang hanya bisa diputar di kepalaku.
Ma, setelah hari kepergianmu di Desember tahun lalu, aku hanya bisa memelukmu dengan doa. Aku tidak bisa menggenggam jari-jemarimu yang penuh cinta dan kasih sayang yang telah membesarkanku bersama bapak hingga aku tumbuh menjadi seperti sekarang.
Ma, kehilanganmu memang menyakitkan, tapi aku bersyukur, Allah SWT masih memberikan waktuku untuk hidup bersama Bapak. Aku bersyukur Allah tak mengambilnya. Semoga bapak terus diberikan usia panjang dan kesehatan.
Ma, terima kasih sudah jadi orang tua paling baik bersama Bapak. Terima kasih, sudah memberikan aku cinta yang sangat besar. Terima kasih sudah berjuang bersama Bapak membesarkan aku dan kakak-kakak. Jutaan terima kasih tidak bisa menggantikan semua yang sudah Mama dan Bapak berikan ke kami.
Ma, di bulan Juni ini, aku menata ulang perasaanku yang selama berbulan-bulan kacau. Sekarang, aku sudah ikhlas untuk melepas. Karena bagai mana pun, hidup ini bukan tujuan akhir, tapi perjalanan. Perjalanan untuk mencari banyak bekal yang bisa kita bawa di kehidupan sesungguhnya setelah meninggalkan dunia ini.
Mama jangan khawatir, di sini aku melanjutkan hidup dengan baik, dan akan mencintai dan menyayangi Bapak segenap jiwa. Aku pastikan Bapak tidak akan merasakan kesedihan.
Ma, aku juga berusaha untuk terus memelukmu dengan doa-doa. Karena sudah tidak ada cara lain yang bisa kulakukan untuk memelukmu, kecuali dengan doa.
Tidak ada komentar
Posting Komentar