A Personal Blog About Blogging, Hobbies, and Lifestyle

Main ke Bukit Sikunir Dieng Wonosobo

Assalamualaikum, pembaca blog Ruang Hanat. Sebenarnya aku mau menceritakan pengalaman pertama kali ke puncak Sikunir Dieng itu saat masih hangat-hangatnya. Namun ternyata, saat itu aku sudah tidak ada energi, sampai pada lupa buat menuliskan ini di blog.

Berhubung aku masih ingat betul perjalanan aku ke sana, sekarang aku mau menceritakannya buat kamu, pembaca setia blog Ruang Hanat. Buat yang baru mampir, selamat datang!
Bukit sikunir
Inframe: Saya dan Maya

Perjalanan Menuju Bukit Sikunir Dieng

Bagian 1: Perjalanan Menuju Karangkobar untuk Menginap

Awal mulanya begini, pada hari Jumat, aku sama Maya–teman kantorku, lagi ngobrolin lagu, tiba-tiba pembahasannya kok jadi jalan-jalan gitu. Terus tiba-tiba Maya ngajakin aku ke bukit Sikunir yang ada di Dieng, Wonosobo. Biasanya aku sangat mempertimbangkan ajakan ke mana pun, tiba-tiba jawab 'ayo'. 

Tibalah hari Sabtu, sepulang kami ngantor, kami bergegas pulang ke rumah masing-masing, bersiap untuk meluncur ke Banjarnegara. Kami memutuskan berangkat sore dari Sampang, dan pergi berboncengan dengan menggunakan sepeda motor menuju Banjarnegara. Jadi kami memutuskan untuk menginap di rumah tantenya Maya.

Perjalanan dari Sampang, menuju ke Banjarnegara ini mulus tapi menegangkan. Sepanjang area persawahan, atau hutan-hutan kami hanya berdoa, aku yang bonceng di belakang tidak berhenti untuk terus zikir. Asli, dua cewe pemberani–lebih tepatnya Maya yang paling berani, membelah jalan malam dari Banyumas menuju Banjarnegara.

Ternyata, hujan turun dengan deras, kami memutuskan untuk meneduh di masjid sekalian untuk menunaikan salat Maghrib dan isya serta menunggu hingga terang. Setelah dirasa hanya ada sisa-sisa gerimis, kami melanjutkan untuk menyelesaikan perjalanan menuju Karangkobar. Perjalanan memakan waktu yang cukup panjang untuk dua cewek nekat. 

Usai kami sampai di rumah tantenya Maya, kami disambut hangat sekali. For your information, ternyata air di Karangkobar dinginnya menusuk hingga lapisan kulit terdalam. Bahkan aku memutuskan untuk tidak mau menyentuh air yang di kamar mandi. Setelah itu, kami memutuskan untuk tidur karena besoknya akan pergi pagi-pagi sekali.

Bagian 2: Perjalanan Pagi Menuju ke Bukit Sikunir

Pukul tiga pagi, aku dan Maya terbangun, tapi kayaknya tidur lagi deh. Baru sekitar pukul setengah empat pagi, kami bergegas melakukan perjalanan menuju Wonosobo. Di mana jam-jam segitu orang sedang bangun untuk menjalankan salat malam, kami berdua justru menjalankan misi naik ke bukit Sikunir.

Kami mampir sebentar untuk salat, tapi yang salat hanya saja, karena temanku sedang berhalangan. Aku lupa masjid mana yang jadi tempat aku salat, tapi yang jelas itu sudah masuk daerah Wonosobo. Dan tahu tidak? Air wudunya dingin banget dan aku melihat seperti mengkristal. Sangat dingin sekali. Bahkan setiap aku ngomong, keluar uap dari mulutku. Sedingin itu Wonosobo pada pagi hari.

Setelah salat, kami melanjutkan kembali perjalanan tersebut. Seperti biasa, aku bagian bonceng di belakang dan zikir sepanjang jalan. Aku bilang temanku–Maya– sangat keren. Dia sangat menguasai jalanan dan Medan di sepanjang perjalanan menuju Bukit Sikunir.

Padahal kalau kamu tahu, jalannya naik turun. Kakiku saja rasanya seperti menggantung dan rasa ingin copot dari tempatnya. Tapi, kulihat Maya sangat menikmati perjalanannya. Sedang aku zikir terus, sambil astaghfirullah saat lihat belakang. Aku sudah di jalan atas. Lihat ke belakang kayak ingin pingsan. Tinggi banget. 

Bagian 3: Perjalanan menuju Bukit Sikunir part 2

Setelah membeli tiket masuk, lalu kami memarkirkan kendaraan sesuai dengan arahan dari petugas yang ada di sana. Bismillahirrahmanirrahim, kami mulai berjalan, membelah udara pagi yang sangat dingin. Kami tidak membawa bekal apapun, nekat sekali bukan?

Pelan-pelan kami berjalan, menaiki setapak demi setapak jalan menuju bukit sikunir. Asli, lemas banget, apalagi banyak pengunjung yang jalan sambil menyulut rokoknya, ini yang bikin udara segar jadi terkontaminasi. 

Sudah setengah perjalanan, aku tiba-tiba sudah lemas sekali, dadanya sedikit sesak karena mencium asap rokok yang wara-wiri. Seharusnya pihak pengelola bukit sikunir memberi aturan ketat, agar pengunjung tidak diperkenankan merokok saat perjalanan naik ke bukit sikunir. Apalagi ada banyak anak-anak juga yang ikut naik ke sana. Kasihan bukan?

Aku dan Maya berhenti sejenak, karena Maya melihatku sudah pucat, dan menyuruh untuk menyudahi saja perjalanan naik ke bukit sikunir. Parah banget kan? Baik dan peduli, tapi bukan gitu juga. Masa sudah setengah lebih dan milih turun? 

Kami duduk sebentar di pertengahan jalan menuju bukit sikunir. Setelah istirahat sebentar itu, kami melanjutkan perjalanan tersebut. Tinggal sedikit lagi, kami bisa sampai di atas.

Sampai di sana, kami masih masih melihat sisa-sisa semburat jingga dari sunrise. Lalu, kami melihat bagai mana pemandangan gunung di depan mata yang masyaallah bagus banget. Tapi saya lupa itu gunung apa yang ada di foto. Karena kami hanya menikmati dan tak mencari tahu namanya. Hehe.

Kami di atas cukup lama. 









Tidak ada komentar

Posting Komentar