Aku menemukan sebuah ruang, di mana ruang itu masih kosong, tetapi setelah kuamati dari dekat, terdapat bekas-bekas luka yang sudah mengering. Aku menemukannya di saat aku sudah hampir menyerah. Dan ruang itu seakan menyambutku, dan aku merengkuh di dalamnya.
Waktu itu, ruang itu kutemukan tanpa sengaja. Ruang itu sekarang menjelma menjadi manusia paling akrab untuk mendengarkan cerita-ceritaku. Begitu juga aku yang setia mendengar sunyinya ruang itu.
Ruang yang menjelma manusia
Ruang itu sering memberiku inspirasi agar terus melanjutkan hidup ini. Di saat kadang harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Tapi ruang yang menjelma menjadi manusia paling akrab selalu menguatkan, memegang erat jemariku di saat aku sudah mulai ingin kembali menyerah.
Ruang kosong itu sudah mulai kuisi dengan ornamen-ornamen perasaan penuh warna. Meski sebenarnya aku tahu, ruang itu masih gelap, masih ada bekas-bekas luka. Tapi ruang itu patuh, tidak menolak ketika aku memberinya warna.
Ruang itu setiap harinya membuatku ingin terus ada di dalamnya. Tidak mau jauh, tapi aku harus pisah sebentar, untuk menyiapkan berbagai ornamen untuk melengkapinya. Agar ruang itu akan seutuhnya menjadi milikku.
Aku ingin menyembunyikan ruang yang menjelma manusia itu. Aku akan menutup rapat ruang itu, tidak memberikan akses pada siapapun. Hanya aku, dan ruang itu.
Beberapa hari lalu, aku mengisinya dengan warna biru, dengan haru dan sebuah temu. Aku memang tidak bisa menebak, bagai mana ke depan aku dan ruang itu. Apakah ruang itu akan roboh, rapuh, atau sebaliknya? Ya aku tidak tahu, aku hanya bisa merencanakan dan mengimbanginya dengan apa-apa yang sedang aku usahakan.
Aku harap ruang itu akan panjang, bersamaku, melahirkan banyak biru, haru, melalui temu-temu di hari nanti. Aku harap ruang itu menjelma menjadi manusia paling aku butuhkan, dan ia juga membutuhkan aku untuk mengisinya dengan banyak warna, tidak hanya biru.
Tidak ada komentar
Posting Komentar